Cari Blog Ini

Senin, 17 November 2014

LIMBAH

 Penpengertian Limbah

Hingga saat ini, limbah kimia bahan beracun dan berbahaya (B3) menjadi masalah besar bagi kita karena material limbah memberikan efek buruk terhadap lingkungan dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dan pengetahuan mengenai manajemen pengolahan limbah.
Definisi limbah sendiri adalah produk buangan yang telah terpakai. Limbah ini bisa berasal dari pabrik, pertambangan, pertanian, medis, laboratorium, dll.
Sedangkan jenis limbah bisa merupakan bahan beracun dan berbahaya (B3) maupun limbah non B3. Limbah yang mengandung B3 ini tentunya harus mendapat perhatian khusus karena secara langsung maupun tak langsung dapat mencemari, merusak, termasuk membahayakan bagi linkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lain. Tingkat bahaya ini dapat diketahui dari material limbah berdasarkan sifat (misal air raksa/Hg), konsentrasi (misalnya tembaga/Cu) ataupun jumlahnya (misal fenol, arsen).
v  Karakteristik Limbah

  • Mudah meledak (eksplosif) (misal : bahan peledak) 
  • Mudah terbakar ( misal: bahan bakar, solvent)
  • Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator) 
  • Berbahaya/harmful (misal logam berat) 
  • Menyebabkan infeksi (misal :bakteri /limbah rumah sakit) 
  • Bersifat korosif (misal : asam kuat) 
  • Bersifat irritatif (misal : basa kuat) 
  • Beracun (misal : HCN, As) 
  • Karsinogenik, Mutagenik dan Teratogenik (misal : merkuri, turunan benzena) 
  • Bahan Radioaktif (misal : Uranium, plutonium,dll)
  •   Limbah minyak 
  • Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini memberikan berbagai dampak positif yaitu terbukanya lapangan kerja, membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan yang perlu disadari bahwa perkembangan kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang sangat potensial sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan (Assegaf, 1993)
    Salah satu industri yang pertumbuhannya cukup pesat adalah industri perminyakan. Pengolahan minyak mentah (crude oil) sangat membutuhkan energi yang merupakan bahan baku sumber daya alam sangat berpotensi terjadinya kerusakan/pencemaran lingkungan, disamping melalui proses fisik dan kimia dalam pengolahan bahan baku cenderung menghasilkan polusi seperti : partikel, gas karbon monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO2), gas belerang oksida (SO2), dan uap air. Sesuai dengan jenis produksinya, maka kilang minyak tidak dapat lepas dari masalah limbah dan polusi yang timbul terutama pada lingkungan yaitu pencemaran air, tanah, dan udara.(Peter et al., 1989; Setiani, 2005).
    Salah satu dampak negatif dari kilang minyak adalah timbulnya pencemaran lingkungan oleh limbah yang berbentuk gas, padatan atau cairan yang timbul pada proses dan hasil pengolahan minyak tersebut. Limbah ini akan mencemari daerah kilang minyak dan lingkungannya, sehingga pekerja maupun masyarakat disekitar kilang minyak dapat terpapar oleh limbah. Limbah gas, padat maupun cair dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan manusia bila tidak ditangani dengan baik dan benar (Susilo, 2006).

ARUS TERMOHALIN (THERMOHALINE CURRENT)

     I.        Arus Laut
Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Arus laut adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping). Pada dasarnya, arus laut merupakan akibat gerakan udara di atas permukaan air laut. Gerakannya juga dipengaruhi oleh gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan.
·         Faktor yang Menyebabkan Arus Laut
Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air adalah vektor yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar, dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut yang menghasilkan pasut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya Viskositas, gaya sentrifugal, gaya tektonik, dan angin.

   II.        Arus Thermohalin
Arus Thermohalin merupakan arus yang disebabkan perbedaan densitas air laut. Di bawah lapisan pycnocline, air bergerak disepanjang dasar lautan sebagai arus yang lembam (slugish current). Sirkulasi laut dalam ini benar-benar terisolasi dari arus permukaan oleh lapisan pycnocline sehinga pergerakannya hanya dipengaruhi oleh adanya perbedaan densitas air laut atau dengan kata lain dikontrol oleh variabilitas suhu dan salinitas. Sirkulasi laut dalam ini disebut sebagai arus thermohalin (Thermohalin Current) (Gross,1990).
Secara umum menurut Ingmanson dan Wallace (1989) dalam Kurniawan (2004), arus thermohalin bergerak ke utara-selatan yang dari samudera Atlantik menuju samudera Antartika.
Arus termohalin merupakan salah satu dari sekian jenis arus laut. Arus laut adalah gerakan molekul air laut yang memiliki arah gerakan vertikal dan horizontal. Arus termohalin adalah arus laut yang diakibatkan oleh adanya perbedaan suhu atau salinitas (kadar garam) air laut di suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut menyebabkan  perubahan densitas (kerapatan) massa air laut sehingga menimbulkan pergerakan. (Anonim, 2013)
Arus termohalin merupakan perpaduan arus dasar, arus permukaan dan arus vertikal, berbeda dengan arus yang ditimbulkan oleh gerakan angin yang hanya merupakan arus permukaan dengan arah mendatar. (Anonim, 2013)
Arus laut tercipta karena adanya pemanasan di beberapa bagian Bumi oleh radiasi sinar matahari. Air yang lebih hangat akan “mengembang”, membuat sebuah kemiringan (slope) terhadap daerah sekitarnya yang lebih dingin, dan akibatnya air hangat tersebut akan mengalir ke arah yang lebih rendah yaitu ke arah kutub yang lebih dingin daripada ekuator.

·         Proses terjadinya arus termohalin

Proses terjadinya arus termohalin diawali oleh radiasi matahari yang lebih intensif di khatulistiwa yang mengakibatkan suhu  air laut di khatulistiwa lebih tinggi tinggi dibandingkan air laut di daerah kutub. Akibat perbedaan suhu tersebut, densitas (kerapatan) air laut di khatulistiwa menjadi renggang, sehingga permukaan air laut di khatulistiwa mengalami penaikan dari permukaan yang semula menjadi lebih tinggi dari permukaan air laut kutub. Dikarenakan sifat air yang selalu bergerak dari wilayah tinggi ke wilayah yang rendah, maka massa air laut khatulistiwa bergerak ke wilayah kutub yang berupa arus permukaan. Arus permukaan yang datang dari khatulistiwa diimbangi dengan arus dasar yang bergerak dari kutub ke khatulistiwa. Gerakan arus dasar timbul akibat desakan massa air laut khatulistiwa.


Gambar 2.1 Proses Terjadinya Thermohalin


·         Gerakan Termohalin (Thermohaline Circulation)
Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitasantara 2 massa air  yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin. Kenaikan temperatur permukaan laut disebabkan oleh radiasi dari angkasa dan matahari, konduksi panas dari atmosfer, dan kondensasi uap air.Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah tropik.
Lautan di wilayah ekuator menyerap lebih banyak panas dibandingkan dengan daerah kutub, sehingga terjadi transfer panas dari ekuator ke kutub melalui proses konveksi dan gerakan air.

Gambar 2.1 Sirkulasi Thermohalin Secara Global

·         Karakteristik Sirkulasi Thermohaline:
Berikut adalah karakteristik Sirkulasi Thermohaline:
- Sirkulasi Thermohaline umumnya merupakan proses yang terjadi di laut dalam
- Disebabkan oleh variasi densitas air yang terbentuk di bidang batas antara udara dengan     air, dan erat kaitannya dengan Sirkulasi Wind-driven
- Sulit diamati secara langsung mengingat kecepatannya yang sangat lambat, namun bisa disimpulkan melalui pengamatan salinitas, temperatur, dan kadar O2 terlarut
- Sirkulasi ini merupakan proses konveksi, dimana air dingin dan berdensitas besar terbentuk di daerah kutub (Utara dan Selatan), tenggelam, dan mengalir pelan-pelan ke arah ekuator
- Di Atlantik Utara, terbentuk North Atlantic Deep Water, sedangkan di wilayah Antartika terbentuk Antartic Bottom Water dan Antartic Intermediate Water
- Sirkulasi Thermohaline juga dipengaruhi oleh topografi dasar laut.




DAFTAR PUSTAKA


http://geograph88.blogspot.com/2013/05/arus-termohalin-thermohaline-current.html diakses pada, 29 Mei 2013, pukul 19:20 wib

diakses pada, 29 Mei 2013, pukul 19:26 wib


Kamis, 14 November 2013

       LIMBAH MINYAK

 Penpengertian Limbah
Hingga saat ini, limbah kimia bahan beracun dan berbahaya (B3) menjadi masalah besar bagi kita karena material limbah memberikan efek buruk terhadap lingkungan dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dan pengetahuan mengenai manajemen pengolahan limbah.
Definisi limbah sendiri adalah produk buangan yang telah terpakai. Limbah ini bisa berasal dari pabrik, pertambangan, pertanian, medis, laboratorium, dll.
Sedangkan jenis limbah bisa merupakan bahan beracun dan berbahaya (B3) maupun limbah non B3. Limbah yang mengandung B3 ini tentunya harus mendapat perhatian khusus karena secara langsung maupun tak langsung dapat mencemari, merusak, termasuk membahayakan bagi linkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lain. Tingkat bahaya ini dapat diketahui dari material limbah berdasarkan sifat (misal air raksa/Hg), konsentrasi (misalnya tembaga/Cu) ataupun jumlahnya (misal fenol, arsen).
v  Karakteristik Limbah

  • Mudah meledak (eksplosif) (misal : bahan peledak) 
  • Mudah terbakar ( misal: bahan bakar, solvent)
  • Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator) 
  • Berbahaya/harmful (misal logam berat) 
  • Menyebabkan infeksi (misal :bakteri /limbah rumah sakit) 
  • Bersifat korosif (misal : asam kuat) 
  • Bersifat irritatif (misal : basa kuat) 
  • Beracun (misal : HCN, As) 
  • Karsinogenik, Mutagenik dan Teratogenik (misal : merkuri, turunan benzena) 
  • Bahan Radioaktif (misal : Uranium, plutonium,dll) 

  •   Limbah minyak 
  • Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini memberikan berbagai dampak positif yaitu terbukanya lapangan kerja, membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan yang perlu disadari bahwa perkembangan kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang sangat potensial sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan (Assegaf, 1993)
    Salah satu industri yang pertumbuhannya cukup pesat adalah industri perminyakan. Pengolahan minyak mentah (crude oil) sangat membutuhkan energi yang merupakan bahan baku sumber daya alam sangat berpotensi terjadinya kerusakan/pencemaran lingkungan, disamping melalui proses fisik dan kimia dalam pengolahan bahan baku cenderung menghasilkan polusi seperti : partikel, gas karbon monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO2), gas belerang oksida (SO2), dan uap air. Sesuai dengan jenis produksinya, maka kilang minyak tidak dapat lepas dari masalah limbah dan polusi yang timbul terutama pada lingkungan yaitu pencemaran air, tanah, dan udara.(Peter et al., 1989; Setiani, 2005).
    Salah satu dampak negatif dari kilang minyak adalah timbulnya pencemaran lingkungan oleh limbah yang berbentuk gas, padatan atau cairan yang timbul pada proses dan hasil pengolahan minyak tersebut. Limbah ini akan mencemari daerah kilang minyak dan lingkungannya, sehingga pekerja maupun masyarakat disekitar kilang minyak dapat terpapar oleh limbah. Limbah gas, padat maupun cair dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan manusia bila tidak ditangani dengan baik dan benar (Susilo, 2006).
Klasifikasi Karang








Klasifikasi karang yang merupakan hewan tanpa bertulang belakang (avertebrata)
adalah sebagai berikut (Veron, 1986) :
Phylum : Coelenterata (Cnidaria)
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia (Madreporaria)
Famili : 1. Acroporidae
Genus : Acropora, Astreopora, Anacropora, Montiopora.
2. Agariciidae
Genus : Coeloseris, Gardineroseris, Leptoseris, Pachyseris,
Pavona.
3. Astrocoeniidae
Genus : Stylocoeniella
4. Pocilloporidae
Genus : Pocillopora, Palauastrea, Stylophora, Seriatopora,
Madracis.
5. Poritidae
Genus : Alveopora, Goniopora, Porites, Stylastrea.
6. Siderastreidae
Genus : Coscinaraea, Psammocora, Pseudosiderastrea,
Siderastrea.
7. Fungiidae
Genus : Ctenactis, Cycloseris, Fungia, Halomitra,
Heliofungia, Herpolitha, Lithophyllon, Podabacea, Polyphylla, Sandalolitha, Zoopilus.
8. Oculinidae
Genus : Archelia, Galaxea.
9. Pectinidae
Genus : Echinophyllia, Mycedium, Oxypora, Pectinia.
10. Mussidae
Genus : Acanthastrea, Australomussa, Blastomussa, Cynarina,
Lobophyllia, Scolymia, Symphyllia.
11. Merulinidae
Genus : Boninastrea, Clavarina, Hydnophora, Merulina,
Paraclavarina, Scapophyllia.
12. Faviidae
Genus : Favites, Favia, Barabattoia, Caulastrea,
Cyphastrea, Goniastrea, Diploastrea, Leptoria, Leptastrea, Montastrea, Moseleya, Oulastrea, Oulophyllia, Platygyra, Plesiastrea.
13. Dendrophylliidae
Genus : Dendrophyllia, Tubastrea, Turbinaria, Heterosammia.
14. Caryophylliidae
Genus : Catalophyllia, Euphyllia, Physogyra, Plerogyra, Neomenzophyllia.
15. Trachypylliidae
Genus : Trachyphyllia, Welsophyllia.

Klasifikasi Terumbu Karang Berdasarkan Bentuk dan Tempat Tumbuh
    Terumbu (reef). Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup)di laut dangkal.

    Karang (koral). Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Contoh makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas.

    Karang terumbu. Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang merupakan batu cadas atau batuan vulkanik.
    Terumbu karang. Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis­-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis­-jenis moluska, Krustasea, Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis Plankton dan jenis-jenis nekton.
Terumbu karang tepi
Terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs adalah jenis terumbu karang paling sederhana dan paling banyak ditemui di pinggir pantai yang terletak di daerah tropis. Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
Terumbu karang penghalang
Secara umum, terumbu karang penghalang atau barrier reefs menyerupai terumbu karang tepi, hanya saja jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai. Terumbu karang ini terletak sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
Terumbu karang cincin
Terumbu karang cincin atau attols merupakan terumbu karang yang berbentuk cincin dan berukuran sangat besar menyerupai pulau. Atol banyak ditemukan pada daerah tropis di Samudra Atlantik. Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.
Terumbu karang datar
Terumbu karang datar atau gosong terumbu (patch reefs), kadang-kadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh).

Bentuk Life Form
Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).


2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).


3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)


Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga tipe di atas. Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:

4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh).
Jika di lihat berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu terbagi menjadi karang Acropora dan non-Acropora. Perbedaan Acropora dengan non-Acropora terletak pada struktur skeletonya. Acropora memiliki bagian yang disebut axial coralit dan radial coralit, sedangkan non-Acropora hanya memiliki radial coralit.
Berikut ini penjelasan mengenai acropora dan non acropora :
·            Acropora
Acropora adalah genus karang scleractinian di Cnidaria Filum. Beberapa spesies yang dikenal sebagai meja karang, karang dan bercabang Elkhorn karang. Saat ini ada 149 spesies dijelaskan . Acropora salah satu bangunan utama terumbu karang, bertanggung jawab untuk membangun kalsium karbonat substruktur besar mendukung kulit hidup tipis karang.
Tergantung pada spesies dan lokasi, dapat tumbuh sebagai Acropora piring atau langsing atau cabang yang luas. Seperti karang lainnya, karang Acropora koloni individu yang dikenal sebagai polip, yang sekitar 2 mm dan jaringan berbagi dan jaring saraf. Polip dapat menarik kembali ke karang sebagai respon terhadap gerakan atau gangguan oleh predator mungkin, tapi ketika mereka terganggu sedikit menonjol. Polip biasanya memperpanjang lebih lanjut di malam hari untuk membantu menangkap plankton dan bahan organik terlarut dari air.
Acropora paling umum di lingkungan terumbu dangkal dengan cahaya terang dan moderat dengan gerakan air yang tinggi. Banyak ikan karang kecil yang tinggal di dekat koloni Acropora dan mundur ke semak cabang jika terancam.
Karang ini memiliki zooxanthellae, simbiosis alga yang hidup dalam sel karang dan menghasilkan energi untuk hewan melalui fotosintesis. Perusakan lingkungan telah menyebabkan berkurangnya populasi Acropora, bersama dengan jenis karang lainnya. Acropora terutama rentan terhadap pemutihan ketika stres. Pemutihan ini disebabkan hilangnya zooxanthellae karang, yang merupakan warna cokelat keemasan. Karang dikelantang putih mencolok dan bisa mati jika zooxanthellae baru tidak dapat berasimilasi. Penyebab umum pemutihan dan kematian karang termasuk polusi, suhu air normal hangat, pengasaman laut meningkat, sedimentasi, dan eutrofikasi.
Acropora Kebanyakan coklat atau hijau tetapi beberapa berwarna cerah dan mereka karang langka dihargai oleh aquarists. Propagasi Captive Acropora tersebar luas dalam komunitas karang-menjaga. Mengingat kondisi yang tepat, banyak Acropora spesies tumbuh dengan cepat dan koloni individu dapat melebihi 1 meter di seberang di alam liar. Dalam akuarium terumbu terawat dengan baik, jari-ukuran fragmen dapat tumbuh menjadi basket berukuran koloni dalam 1 sampai 2 tahun. Spesimen penangkaran yang terus mengalami perubahan akibat seleksi yang memungkinkan mereka untuk berkembang di akuarium rumah. Dalam beberapa kasus, fragmen spesimen penangkaran digunakan untuk terisi kembali terumbu tandus di alam liar. Spesies Acropora menantang untuk simpan di akuarium rumah. Mereka membutuhkan cahaya terang, suhu stabil, dan air bergolak. Menyediakan elemen-elemen ini dapat terlalu mahal untuk hobi rata-rata.
·            Non – Acropora
Karang non-Acropora terdiri atas:
1.         Coral branching (CB), bentuknya bercabang seperti ranting pohon.
Contoh : Acropora sp, Echinopora sp, Pocillopora meandrina, Pocillopora eyrduxi, Tubastrea micranatha.
1.         Coral massive (CM), bentuknya seperti batu yang padat.
Contoh : Porites lobata, Porites lutea, Cyphastrea sp, Goniastrea sp, Astreopora sp, Montipora sp, Symphyllia sp, Favia sp, Porites sp, Favitas sp
1.         Coral encrusting (CE), bentuknya merayap, hampir seluruh bagian menempel pada substrat.
2.         Coral submassive (CS), bentuk kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau kolom-kolom kecil.
Contoh : Pocillopora eyeduxi, Pocillopora verucosa
1.         Coral foliose (CF), bentuk menyerupai lembaran daun
Contoh : Echinopora lamellosa, Montipora sp
1.         Coral mushroom (CMR), bentuk menyerupai jamur.
2.         Coral Millepora (CME), semua jenis karang api dapat dikenali dengan adanya warna kuning di ujung koloni dan rasa panas seperti terbakar apabila tersentuh..
3.         Coral Heliopora (CHL), dapat dikenali dengan adanya warna biru pada skeleton
English et al., (1994) menggolongkan bentuk pertumbuhan Acropora sebagai berikut:
1.         Acropora branching (ACB), bentuk bercabang seperti ranting pohon.
Contoh : Acropora tenuis, Acropora formosa,Acropora digitifera, Acropora humilis, Acropora gamezi, Acropora florida, Pectinia lectuca
1.         Acropora Tabulate (ACT), bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja.
Contoh : Acropora hyacinthus, Acropora cytherea, Acropora clathrata, Acropora latistella
1.         Acropora encrusting (ACE), bentuk mengerak
2.         Acropora submassive (ACS), percabangan bentuk gada/lempeng kokoh, contoh genus Isopora.
Contoh : Acropora palifera
1.         Acropora digitate (ACD), bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan.
Contoh : Acropora gemmifera, Acropora humilis.



pengertian oseanografi


Oseanografi

Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan γράφειν atau graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebutoseanologi atau ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer.
Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme laut dan dinamika ekosistem; arus samudera, ombak, dan dinamika fluida geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik didalam samudera dan pada batas-batasnya. Topik beragam ini menunjukkan berbagai disiplin yang digabungkan oleh ahli oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai samudera dan memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi, meteorologi, dan fisika.
Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam segala aspek mengenai laut.
Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut.
Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali dengan dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh naturalis bernama C.W. Thomson (yang berkebangsaan Skotlandia) dan John Murray (yang berkebangsaan Kanada). Istilah Oseanografi sendiri digunakan oleh mereka di dalam laporan yang diedit oleh Murray. Selanjutnya Murray menjadi pemimpin dalam studi berikutnya mengenai sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut dan studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional yang pertama kali didirikan adalah The International Council for the Exploration of the Sea (1901).

Cabang-cabang

Ilmu oceanografi dapat dibagi menjadi beberapa cabang:
  • oceanografi biologi, ilmu mengenai tumbuhan, binatang dan mikrobe (biota) samudera dan interaksi ekologi mereka;
  • Oceanografi kimia atau kimia laut, ilmu mengenai kimia samudera dan interaksi kimianya dengan atmosfer;
  • oceanografi geologi, ilmu mengenai geologi dasar laut termasuk tektonik lempeng;
  • Oceanografi fisika ilmu mengenai ciri fisik samudera termasuk struktur suhu-salinitas, pencampuran, ombak, pasang, dan arus;
  • Rekayasa laut mencakup disain dan membangun anjungan minyak, kapal, pelabuhan, dan struktur lainnya sehingga memungkinkan kita untuk menggunakan samudera dengan bijaksana.
Cabang-cabang tersebut menunjukkan bahwa banyak ahli oceanografi pada awalnya mendapat pendidikan ilmu pasti atau matematika dan kemudian menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan interdisipliner mereka untuk oceanografi